Author: Elinus Waruwu
•Minggu, Agustus 23, 2009
P. Alfonsus Ampu Pr memimpin pemilihan Voorhanger di gereja Katolik St. Petrus Mela, 23 Agustus 2009 bersama Dewan Pastoral Paroki Inti (DPPI). Hadir membantu proses pemilihan Wances Pasaribu dan S.Gulö masing-masing anggota DPPI Paroki Katedral Santa Theresia Sibolga. Proses pemilihan yang dipimpin langsung oleh Pastor itu, didahului dengan Perayaan Misa.
Pada khotbahnya P.Alfons menyatakan iman katolik tergantung pada sembako. Menurutnya, umat katolik tidak bisa bertahan lama pada iman kekatolikan, bila ada gereja lain yang menjanjikan sembako, maka dengan mudah umat katolik itu pindah agama. Bila dulu misionaris membagi-bagi bantuan, sekarang hal itu tidak bisa dipertahankan lagi. Bahkan lebih jauh dia mengatakan adanya umat katolik tidak mau ke gereja kalau tidak ada kolekte, dan ada juga umat yang hanya gara-gara masalah tidak terpilih menjadi Pengurus maka tidak nampak lagi di gereja itu. Belum lagi masalah bila Pastor menetapkan aturan perkawinan minimal pengumuman 3 kali, lalu keluarga katolik yang kurang beriman tersebut langsung pindah agama.

Kesetiaan umat terhadap iman kekatolikan masih rendah dan kurang dewasa. Seharusnya umat katolik menyadari bahwa hanya dengan menyambut Yesus lewat Perayaan Ekaristi adalah satu-satunya jalan untuk menuju keselamatan dan kesetiaan umat katolik beriman. “Barang siapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman...” kutip Pastor Alfons menutup khotbahnya.

Pemilihan Voorhanger
Kehadiran P.Alfons Ampu Pr selaku Pastor Paroki ke stasi St. Petrus Mela hanya memimpin pemilihan puncak-kepemimpinan di stasi itu, yaitu sebutan Voorhanger atau Ketua DPSI. Bila dulu pemilihan lengkap dilakukan dan umatlah yang menentukan personal Dewan Pastoral Stasi Inti (DPSI), kali ini berbeda sebagai budaya baru. Atas nama DPPI langsung Pastor memimpin pemilihan dan umat hanya berhak menentukan lewat pilihannya 1 (satu) orang saja yaitu pemimpin di stasi itu.


Menurut keterangan P.Alfons untuk menentukan Wakil Voorhanger, Sekretaris, Wakil Sekretaris, Bendahara, dan Anggota DPSI menjadi tugas Voorhanger untuk melengkapinya di kemudian hari. Artinya, Pemimpin di stasi yaitu Voorhanger menentukan sendiri susunan kepengurusan yang bisa diajaknya untuk bekerjasama. Dengan kata lain, susunan kepengurusan baru itu nanti, dilengkapi sendiri oleh Ketua DPSI (Voorhanger) sesuai kebutuhan dan dukungan kerjasama dengan beliau.
Dari 19 orang Calon Pengurus DPSI St. Petrus Mela hadir 12 orang menjadi Calon Voorhanger dan tidak hadir 7 orang. Para Calon yang hadir itu duduk di depan umat dan tidak berhak untuk memilih. Hasil pemilihan Calon: Linus Elinus Waruwu (4 suara), Johannes C. Nadapdap (25 suara), Polmen Sitohang (45 suara), Aloysius Junris Silaban (3 suara), Robert Simarmata (1 suara), Persi Hutabarat (5 suara), Topot Limbong (6 suara), dan Bepo Tambunan (6 suara). Dengan hasil perolehan suara terbanyak jatuh kepada Polmen Sitohang sebagai Pemimpin tertinggi di Stasi itu.
Usai pemilihan Voorhanger disambut tepuk tangan meriah dari umat. Kelihatan sekali pemilihan berlangsung damai dan sukses, tetapi disayangkan sikap umat di gereja katolik Mela itu tidaklah banyak yang mengikuti acara pemilihan. Umat lebih banyak langsung pulang setelah Misa dibanding dengan yang tinggal mengikuti acara pemilihan.


Elinus Waruwu melaporkan.
|
This entry was posted on Minggu, Agustus 23, 2009 and is filed under . You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0 feed. You can leave a response, or trackback from your own site.

0 comments: