Author: Elinus Waruwu
•Senin, Agustus 24, 2009
PENGUKUHAN SISWA-I
KELAS SEKOLAH STANDAR NASIONAL (SSN) SMP FATIMA DAN RINTISAN SEKOLAH BERSTANDAR INTERNASIONAL (RSBI) SMA KATOLIK BERKESAN



Peresmian sekaligus pengkuhan siswa-i Kelas SNN SMP Fatima dan RSBI SMA Katolik Sibolga berlangsung sukses dan berkesan, pada hari Senin 24 Agustus 2009. Acara itu didahului dengan upacara bendera dengan pembina upacara Kadis Pendidikan Drs. Rustam Manalu dan dihadiri oleh Dewan Pembina Sr. Florentina Siregar SCMM, Ketua Yayasan Santa Maria Sr. Rosa Sihotang SCMM, Penasehat Yayasan Kamaruddin Gultom, Kepala SMP Fatima Sr. Cornelia Manao SCMM, dan Kepala SMA Katolik Sr. Francis Dakhi SCMM. Hadir seluruh Kepala Sekolah dan guru-guru se-Yayasan Santa Maria Berbelaskasih Sibolga, serta Bapak dan Ibu orangtua siswa-i yang anaknya dikukuhkan.


Pada upacara bendera itu bertindak sebagai pemimpin upacara yakni guru olahraga SMP Fatima Wenglin Rajagukguk, petugas penggerek bendera Evelyn, Marlin, dan Vivin.

Pada arahannya Pak Kadis memuji Yayasan Santa Maria sebagai masyarakat pembelajar. Menurutnya, salah satu bukti keberhasilan itu adalah berhasilnya Yayasan Santa Maria Berbelaskasih Sibolga merintis pendirian SSN dan RSBI. ”Ide, gagasan, dan usaha yang telah dilakukan Yayasan ini merupakan upaya untuk memajukan pendidikan yang bermutu dan berkualitas...” Ujar Pak Kadis atas nama Pemerintah Kota Sibolga merasa bangga.
Usai upacara bendera, seluruh peserta diajak oleh Panitia untuk mengikuti acara pengukuhan di aula SD RK jalan Katamso Sibolga. Turut menyampaikan kata-kata sambutan, Ketua Yayasan Sr. Rosa Sihotang dan Dewan Pembina Yayasan Sr. Florentina Siregar. Menurut pengakuan Sr. Rosa bahwa RSBI di SMA Katolik maupun SSN SMP Fatima tidak terlepas dari bimbingan Pak Kadis. Kata beliau, ”Kami bisa merintis pendirian Kelas SSN dan RSBI atas dukungan Pak Kadis, untuk itu, wajarlah kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak atas segala bimbingan dan arahan terlebih kesediaan Pak Kadis hari ini meluangkan waktu untuk meresmikan dan mengukuhkan program SSN dan RSBI di bawah Yayasan Santa Maria Berbelaskasih.....”
Sementara itu, Sr. Florentina yang selalu mengajak hadirin bertepuk tangan ketika menyampaikan sambutan mengutarakan hal yang sama kepada Pak Kadis dan seluruh jajarannya. Sr. Florentina menambahkan, bahwa tiga tahun yang silam telah merintis rencana mencanangkan Kelas SNN dan RSBI itu, namun sekarang hal itu baru terwujud pada saat Sr. Rosa Sihotang memimpin Yayasan Santa Maria Berbelaskasih Sibolga. Selaku Pembina beliau berpesan banyak, secara khusus kepada 36 siswa-i Kelas SNN dan 33 orang siswa-i Kelas RSBI. Kata Sr. Sr.Florentina, ”Anak-anak kami sekalian, gunakanlah kesempatan belajar di sekolah sebaik-baiknya untuk perkembangan pribadimu, sehingga citra Kota Sibolga semakin baik untuk masa yang akan datang...”
Ketika Peliput berita ini bertanya kepada Fransiska Putri Duha soal biaya dan bahasa yang digunakan selama proses belajar mengajar di Kelas RSBI itu, siswi yang mempunyai sekolah asal dari daerah jauh yaitu SMP Bintang Laut Teluk Dalam Nias Selatan mengatakan, ”Biaya uang sekolah 300 ribu, uang OSIS 2 ribu setiap bulan, Pak. Dan Guru-guru yang mengajar selama proses belajar mengajar 25 % berbahasa Inggris...” Sementara itu, Vanesa Nababan yang duduk pada kelas SNN menjawab, ”Kalau kami, Pak. Uang Sekolah setiap siswa hanya 200 ribu rupiah setiap siswa...”
Acara pengukuhan Kelas SNN dan RSBI itu ditandai dengan pemakaian baret atau topi yang dikenakan langsung kepada 2 siswa sebagai perwakilan. Bapak Kadis mengenakan baret kepada kelas RSBI, sedangkan Sr. Rosa Sihotang mengenakan kepada perwakilan Kelas SNN. Selanjutnya, diteruskan pemakaian baret itu kepada seluruh siswa-i lainnya oleh Kepala Sekolah SMA Katolik dan SMP Fatima. Setelah peresmian dan pengukuhan, turut menyampaikan sambutan mewakili orangtua siswa, menyanyikan lagu Padamu Negeri, foto bersama, foto guru-guru, dan ditutup dengan doa penutup oleh Kepala SD RK No.1 Sibolga Nelson Sitohang, S.Pd.

Edit Sibolga, 2 Oktober 2009
Elinus Waruwu, Guru SD RK No.4 Sibolga.
READ MORE - Pengukuhan SSN dan RSBI
Author: Elinus Waruwu
•Senin, Agustus 24, 2009
“Saya terus terang tidak pernah bermimpi menjadi Wakil Walikota, tetapi ketika saya melihat fotoku itu... Wah...saya terkejut. Kami anggota Pramuka yang selama ini mendapat seleksi ketat sebagai Calon Anggota Paskibra Barisan-45, oleh Kakak Pembina membawa kami selama kurang lebih, waktu setengah hari mengunjungi langsung gedung DPRD Kota Sibolga. Kami mensimulasikan bagaimana cara mempraktekkan kepemimpinan daerah.“

Pernyataan itu diungkapkan Evelyn Elinawati Waruwu yang berkedudukan sebagai Wakil Walikota pada hari Sabtu, 18 Juli 2009. Sekitar satu jam mereka simulasi di kantor DPRD Kota Sibolga. Evelyn yang masih duduk di bangku sekolah kelas XI SMU Katolik Sibolga merasa gembira diberi kesempatan bagi seluruh rekan-rekannya Anggota Pramuka Kota Sibolga. Menurutnya, tidak semua anggota Pramuka bisa duduk di kursi terhormat seperti simulasi yang telah mereka lakukan. Mereka banyak belajar dan diajari bagaimana cara bertata bahasa, cara memutuskan hasil musyawarah, cara penyampaian pandangan umum, dan berbagai cara-cara lainnya. Perasaan pernah duduk di kursi terhormat itu bagi mereka adalah bagian dari perjalanan hidup yang tidak pernah disangka-sangka, dan tidak pernah akan terulang lagi.

Bisa dibayangkan, gedung DPRD itu tidaklah sembarang orang bisa masuk atau duduk di sana. Artinya, tiket memasuki gedung itu tidak bisa dibeli. Namun, mereka anggota Pramuka Kota Sibolga yang selama ini dibina dan diseleksi ketat berbulan-bulan, mendapat kesempatan terindah dalam pembinaan pramuka. Mereka juga belajar mempraktekkan bagaimana menjadi Pimpinan Daerah sebagai Walikota, Wakil Walikota, Ketua DPRD, dan Pimpinan SKPD lainnya. Ada acara penyampaian pandangan umum, pandangan Ketua-ketua Fraksi, dan lain sebagainya.
Anggota Paskibra Barisan -45 Kota Sibolga telah banyak belajar dari pengalaman yang diberikan oleh Kakak Pembina. Banyak hal telah mendewasakan para pelajar, bukan hanya latihan baris-berbaris tetapi sungguh-sungguh dibekali berbagai pengetahuan berguna selaku generasi muda Kota Sibolga.

Evelyn sendiri termasuk yang beruntung bisa terpilih sebagai Anggota Paskibra Barisan – 45. Dan dia pernah mensimulasikan cara penzampaian pandangan umum selaku Wakil Walikota, dia menutup pembicaraan dengan berkomentar, “Saya kira semangat juang para saudara-i anggota Paskibra Kota Sibolga telah banyak tumbuh dan berkembang. Saya sendiri sangat merasakan hal itu lewat kegiatan pembinaan-pembinaan oleh Kakak Pembina. Kami dituntut mandiri, dididik, diajari sehingga mampu melakukan hal-hal yang seyogianya belum bisa. Saya bisa melakukan tugas sebagai Wakil Walikota bukan karena saya hebat, namun saya telah dididik dan diajari sehingga tugas selama kurang lebih satu jam itu, pada akhirnya saya mampu dan bisa menzampaikan pandangan umum zang sangat mengesankan. Bagi saya, inilah pertama kali pernah pijakan kaki di kantor DPRD Kota Sibolga, dan posisi saya langsung sebagai Wakil Walikota pula. Dan sekalipun hanya satu jam kami simulasi di kantor terpandang itu, saya sangat bersyukur dan berterima kasih. Mudah-mudahan bila kelak saya telah berhasil, bisa duduk lagi di kursi itu karena menurut saya enak duduk di kursi itu, tidak seperti kursi atau sofa yang ada di rumah... nyaman lho...“

Kita mengucapkan selamat kepada Evelyn, dan semua Anggota Paskibra Barisan-45 Kota Sibolga Tahun 2009. Selamat dan sukses!

Laporan:Elinus Waruwu.
Guru SD Swasta RK 4 Sibolga*
READ MORE - Wakil Walikota Satu Jam
Author: Elinus Waruwu
•Minggu, Agustus 23, 2009
P. Alfonsus Ampu Pr memimpin pemilihan Voorhanger di gereja Katolik St. Petrus Mela, 23 Agustus 2009 bersama Dewan Pastoral Paroki Inti (DPPI). Hadir membantu proses pemilihan Wances Pasaribu dan S.Gulö masing-masing anggota DPPI Paroki Katedral Santa Theresia Sibolga. Proses pemilihan yang dipimpin langsung oleh Pastor itu, didahului dengan Perayaan Misa.
Pada khotbahnya P.Alfons menyatakan iman katolik tergantung pada sembako. Menurutnya, umat katolik tidak bisa bertahan lama pada iman kekatolikan, bila ada gereja lain yang menjanjikan sembako, maka dengan mudah umat katolik itu pindah agama. Bila dulu misionaris membagi-bagi bantuan, sekarang hal itu tidak bisa dipertahankan lagi. Bahkan lebih jauh dia mengatakan adanya umat katolik tidak mau ke gereja kalau tidak ada kolekte, dan ada juga umat yang hanya gara-gara masalah tidak terpilih menjadi Pengurus maka tidak nampak lagi di gereja itu. Belum lagi masalah bila Pastor menetapkan aturan perkawinan minimal pengumuman 3 kali, lalu keluarga katolik yang kurang beriman tersebut langsung pindah agama.

Kesetiaan umat terhadap iman kekatolikan masih rendah dan kurang dewasa. Seharusnya umat katolik menyadari bahwa hanya dengan menyambut Yesus lewat Perayaan Ekaristi adalah satu-satunya jalan untuk menuju keselamatan dan kesetiaan umat katolik beriman. “Barang siapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman...” kutip Pastor Alfons menutup khotbahnya.

Pemilihan Voorhanger
Kehadiran P.Alfons Ampu Pr selaku Pastor Paroki ke stasi St. Petrus Mela hanya memimpin pemilihan puncak-kepemimpinan di stasi itu, yaitu sebutan Voorhanger atau Ketua DPSI. Bila dulu pemilihan lengkap dilakukan dan umatlah yang menentukan personal Dewan Pastoral Stasi Inti (DPSI), kali ini berbeda sebagai budaya baru. Atas nama DPPI langsung Pastor memimpin pemilihan dan umat hanya berhak menentukan lewat pilihannya 1 (satu) orang saja yaitu pemimpin di stasi itu.


Menurut keterangan P.Alfons untuk menentukan Wakil Voorhanger, Sekretaris, Wakil Sekretaris, Bendahara, dan Anggota DPSI menjadi tugas Voorhanger untuk melengkapinya di kemudian hari. Artinya, Pemimpin di stasi yaitu Voorhanger menentukan sendiri susunan kepengurusan yang bisa diajaknya untuk bekerjasama. Dengan kata lain, susunan kepengurusan baru itu nanti, dilengkapi sendiri oleh Ketua DPSI (Voorhanger) sesuai kebutuhan dan dukungan kerjasama dengan beliau.
Dari 19 orang Calon Pengurus DPSI St. Petrus Mela hadir 12 orang menjadi Calon Voorhanger dan tidak hadir 7 orang. Para Calon yang hadir itu duduk di depan umat dan tidak berhak untuk memilih. Hasil pemilihan Calon: Linus Elinus Waruwu (4 suara), Johannes C. Nadapdap (25 suara), Polmen Sitohang (45 suara), Aloysius Junris Silaban (3 suara), Robert Simarmata (1 suara), Persi Hutabarat (5 suara), Topot Limbong (6 suara), dan Bepo Tambunan (6 suara). Dengan hasil perolehan suara terbanyak jatuh kepada Polmen Sitohang sebagai Pemimpin tertinggi di Stasi itu.
Usai pemilihan Voorhanger disambut tepuk tangan meriah dari umat. Kelihatan sekali pemilihan berlangsung damai dan sukses, tetapi disayangkan sikap umat di gereja katolik Mela itu tidaklah banyak yang mengikuti acara pemilihan. Umat lebih banyak langsung pulang setelah Misa dibanding dengan yang tinggal mengikuti acara pemilihan.


Elinus Waruwu melaporkan.
READ MORE - Pemilihan Voorhanger Sebagai Budaya Baru
Author: Elinus Waruwu
•Jumat, Agustus 21, 2009
Pada hari Kamis cerah, 30 Juli 2009 Wakil Walikota menyerahkan penghargaan berupa tropy, piagam, dan uang kepada Pengawas, Kepala Sekolah, dan Guru-guru berprestasi Tingkat Kota Sibolga tahun 2009. Seperti tahun-tahun sebelumnya penetapan peringkat yang memperoleh penghargaan hanya diambil dari peringkat pertama sampai ketiga.

Pada kesempatan itu, guru SD Negeri 081236 Sibolga atas nama Nofewati Laia, S.Pd. berhasil meraih Juara II Berprestasi untuk kelompok guru SD/MI. Penghargaan diserahkan langsung oleh H.Afifi Lubis, SH selaku Wakil Walikota Sibolga. Acara penyerahan hadiah berlangsung di halaman kantor Dinas Pendidikan jalan Tuanku Dorong Hutagalung No.4 Sibolga disaksikan oleh Drs. Rustam Manalu selaku Kepala Dinas, dan seluruh Staf Dinas Pendidikan lainnya.

Keberhasilan Sekolah

Usai penyerahan hadiah di kantor Dinas Pendidikan tersebut, terpancar kegembiraan di wajah Nofewati Laia,S.Pd. yang sehari-hari mengajar sebagai Guru Kelas I tempatnya bertugas. Hadiah penghargaan yang baru diterimanya itu, langsung dibawa ke sekolah tempatnya mengabdi. Menurutnya, prestasi yang diraih itu adalah keberhasilan sekolah, dan oleh karena itu dengan gembira dan bangga menyerahkannya kepada Ibu H. Annur Rosidah Nasution, S.Pd. selaku Kepala Sekolah. ”Ini tanda kegembiraan dan kebanggaan sekolah kami. Bila tahun lalu sekolah kami gagal meraih prestasi pada lomba yang sama, sekarang saya merasa lega telah berhasil memberikan peringkat terbaik kedua, dan prestasi itu saya sadari bisa meraihnya karena dukungan pembinaan Kepala Sekolah dan doa restu rekan-rekan Guru di SDN 081236 sekolah kami..” Ibu Laia mengenang keberhasilan dan menjelaskannya.

Sementara itu, ketika ditanyakan kepada Ibu Annur selaku penanggungjawab di SD Negeri 081236 Sibolga atas keberhasilan guru binaannya itu, beliau mengakui setelah sekian tahun memimpin sekolah itu, baru kali inilah mendapat keberhasilan dalam membimbing guru-gurunya. Beliau merasa senang dan gembira, bahkan berharap Guru-guru binaannya akan terus meraih yang terbaik. Mudah-mudahan dengan prestasi yang telah diraih SDN 081236 Sibolga saat ini, akan terus memotivasi semua warga sekolahnya dan menuai keberhasilan sekolah yang pantas dibanggakan.

”Saya selaku Kepala Sekolah merasa bangga dan senang atas keberhasilan ini. Manajemen soft skill yang selama ini telah saya terapkan, kini membawa keberhasilan sekolah. Oleh karena itu, saya mengajak semua guru-guru di SD Negeri 081236 ini untuk terus berkompetisi secara sehat dan mensosialisasikan ilmu-ilmu yang telah diperoleh itu untuk kemajuan sekolah, yaitu keberhasilan peserta didik untuk masa-masa yang akan datang.” Demikian Ibu Annur, menutup pembicaraan dengan harapannya.

۩ Elinus Waruwu,
Guru SD RK No.4 Sibolga melaporkan.

READ MORE - Guru SDN 081236 Meraih Juara II Guru Berprestasi Tingkat Kota Sibolga Tahun 2009
Author: Elinus Waruwu
•Rabu, Agustus 19, 2009
Dalam rangka memeriahkan HUT RI ke-64 di SMK PGRI 4 Sibolga telah diadakan berbagai lomba. Ada lomba tarik tambang, memasukan paku ke botol, dan berbagai lomba lainnya. Salah satu yang menarik adalah lomba kreativitas mengarang yang dikoordinir oleh Delima Parhusip guru SMK PGRI 4 Sibolga dan Elinus Waruwu mahasiswa STKIP Tapanuli Selatan yang bertugas menjalankan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) dan Kuliah Kerja Lapangan (KKL).

Menurut Delima Parhusip, lomba kreativitas mengarang yang diadakan oleh pihak sekolahnya merupakan salah satu upaya meningkatkan dan menanamkan kompetensi di bidang pendidikan, perjuangan, dan peranan generasi muda dalam hal pembangunan. Perlombaan kreativitas mengarang seperti telah terlaksana di SMK PGRI 4 Sibolga menekankan 4 poin penilaian, yaitu (1).kesesuaian judul dan alur cerita, (2).ejaan (EYD), (3).kerapian dari segi indahnya karangan, dan (4).ide gagasan baru yang dimunculkan oleh peserta lomba pada tulisan hasil karangannya.

Ibu Delima Parhusip menambahkan, bahwa lomba yang diadakan itu sesungguhnya dapat dijadikan bahan masukan umpan balik, sudah sejauh mana tingkat kompetensi yang telah dimiliki oleh siswa-siswi dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Dan ternyata, dari 28 orang siswa kelas X, XI, dan XII yang turut mendaftarkan diri dan mengikuti kegiatan, para siswa mengakui dan merasakan lomba kreativitas itu sangat mengesankan. Ibu Delima berkata,”Saya melihat banyak sekali yang berminat mengikuti lomba kreativitas mengarang ini. Sayang dibatasi hanya 2 orang mewakili setiap kelas. Beberapa peserta masih mengalami kesulitan khususnza siswa yang kurang rajin belajar. Dari beberapa hasil lomba mengarang ada temuan yaitu munculnza beberapa karangan siswa tidak nyambung dengan tema, dan ada yang tidak sesuai alur cerita, bahkan ada yang sama sekali ide gagasan baru yang kita harapkan itu belum muncul...”

Akhirnya, lomba kreativitas mengarang tingkat sekolah di SMK PGRI 4 Sibolga tahun 2009, Dewan Juri menetapkan: Juara I atas nama Sri Wahyuni kelas XII TKJ dengan nilai rata-rata 85,50. Dan berturut-turut Juara II Leonardo kelas XII TKJ nilai 80,50 dan Juara III Metty Kusriani Harefa kelas XI AP 2 nilai 78,50 serta Juara Harapan I atas nama Yenni Kartika XI AP 1 nilai 78,00. Mereka yang memenangkan lomba kreativitas masing-masing mendapat penghargaan berupa sertifikat dan hadiah hiburan lainnya. Selamat ya!

Penulis berita: Elinus Waruwu
Mahasiswa STKIP Tapsel Padangsidimpuan NPM 05010037.

READ MORE - Lomba Kreativitas Mengarang Tingkat Sekolah SMK PGRI Kota Sibolga
Author: Elinus Waruwu
•Senin, Agustus 17, 2009

Pada hari Senin, 17 Agustus 2009 pukul 16.47 WIB Ester Elinawati (Siswi kelas V Tahun Pelajaran 2009/2010) bersama Ibu Marta Marbun, S.Pd. selaku Guru Pembimbing mewakili sekolahnya untuk penerimaan hadiah. Sekolah mereka meraih Juara I Lomba Paduan Suara, Juara III Vokal Group, dan Juara Harapan I lomba gerak jalan Tingkat Kota kelompok SD/MI se-Kota Sibolga. Menurut kedua perwakilan SD Swasta RK No.4 Sibolga, mereka bangga merayakan 64 tahun kemerdekaan RI tahun 2009. “Bila Para pahlawan berjuang mengangkat senjata melawan musuh, kami berjuang tidak demikian lagi. Kami berjuang membawa nama baik sekolah...” tutur Ester.

Ketika dilontarkan komentar, “Oh kalau demikian, apakah kalian pahlawan pejuang pendidikan?”Kedua perwakilan SD Swasta RK No.4 Sibolga itu tidak berani menjawab, keduanya hanya tersenyum bangga. Mereka bangga, menerima hadiah sore itu yang langsung diserahkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Drs. Rustam Manalu.
Selamat ya!


Laporan :
Elinus Waruwu melaporkan.
READ MORE - Bangga Menerima Hadiah
Author: Elinus Waruwu
•Sabtu, Agustus 15, 2009
Di gereja katolik Santu Petrus Mela hari Minggu, 9 Agustus 2009 Pastor Aloysius Barut, Pr yang sehari-hari bertugas sebagai Rektor seminari menengah Aek Tolang hadir memimpin perayaan misa pada Hari Raya Maria Diangkat ke Surga. Suasana kelihatan lebih meriah, umat yang hadir memenuhi gereja bahkan kelihatan beberapa ibu-ibu dan muda-mudi duduk di teras.

Pada khotbahnya P. Aloysius menekankan 3 sikap yang ada pada Maria. Sikap itu adalah 1).ketabahan, 2)iman, dan 3).kerendahan hati. Beliau menjelaskan banyak hal mulai dari latar belakang kenapa Maria dihormati dan diangkat sebagai Bunda Gereja di gereja kita katolik.
Menurut P. Aloysius, sering umat katolik dituduh oleh jemaat atau umat yang tidak seagama lainnya, mereka berpandangan salah karena Maria disembah oleh orang katolik. Munculnya sikap negatif itu sebagai akibat dari sikap keistimewaan Maria dalam gereja katolik, patung Maria ditempatkan dalam gereja atau rumah dan di tempat terhormat pula saat berdoa. Dalam hal ini, dapat dijelaskan, contoh sikap orang katolik yang salah, ketika patung Maria itu dijatuhkan oleh anak, maka Ibu dan Bapak dalam keluarga marah-marah, bahkan ada yang sampai memukul anaknya. Padahal itu hanya sebatas patung sebagai ekpresi wajah. Maka ketika orang lain melihat sikap kita itu, akhirnya mereka menyimpulkan bahwa orang katolik menyembah patung. Singkatnya, akibat ketidaktahuan tentang patung Maria maka muncul berbagai perbedaan presepsi dan pertentangan.

Seharusnya, patung Maria hanya sebagai sarana untuk mendekatkan diri kita lebih intim terhadap Bunda Maria agar bisa bersama, membantu kita untuk menghantarkan doa-doa kita kepada Yesus Putranya bukan kepada Allah Bapa. Kita tidak mendewakan patung Maria, dan apalagi menyembah dia seperti Tuhan Yesus dan Allah. Namun sering kita melakukan sikap yang salah, maka orang yang tidak seagama dengan cepat menuduh kita menyembah patung.
Maria sebagai Bunda Kita dan Gereja, memang mempunyai keistimewaan khusus. Bila kita menonton acara Indosiar tentang puluhan pemuda yang mencari jodoh wanita atau sebaliknya puluhan wanita mencari pria idaman yang bisa dijadikan pasangan hidup. Bunda Maria adalah sosok wanita pilihan gereja katolik yang tiada bandingnya dan belum ada satu wanitapun yang bisa duduk menggantikan posisi Maria itu. Maria sebagai Bunda Kita dan Bunda Gereja.

Lebih jauh, P. Aloysius mengatakan, ada 3 sikap yang dimiliki Maria dalam perjalanan hidupnya yang mesti kita kagumi dan meneladaninya. Pertama-tama 1).ketabahan Maria menghadapi segala tantangan, tuduhan mengandung tanpa suami, ditolak di tempat penginapan ketika melahirnkan Putranya, anaknya Yesus dihukum dan disiksa sampai wafat dan lain sebagainya. Bila wanita sekarang mengalami hamil di luar nikah, sudah pasti ini dipertanyakan… atau anaknya diperlakukan kasar/ dipukul, pastilah orangtua mengejar dan tidak ada kamus istilah ketabahan itu. Nah, sikap ketabahan itu terpancar sangat jelas oleh Bunda Maria dan itu berlangsung selama dia hidup di dunia. Beranikah kita bersikap seperti Maria itu? Mau merelakan diri menjadi hamba Tuhan dan melayani Tuhan penuh 2).iman. Kata-kata Maria, “Terjadilah padaku menurut perkataan-Mu itu…!” Satu jawaban iman yang menyerahkan kehidupannya total pada penyelenggaraan ilahi. Sekarang di antara kita sikap ber-iman Bunda Maria seperti itu sulit didapat, bila ada anak-anak kita mau menjadi Imam atau Suster, masih banyak di antara orangtua yang tidak rela. Malah ada pula orangtua yang menuduh anaknya kompensasi (pelarian).

Sikap Bunda Maria 3).kerendahan hati. Melalui sikap Bunda Maria dalam doa-doanya sungguh terjalin komunikasi intern kepada Allah dan juga hubungannya dengan sesama. Maria sudah tahu bahwa Allah memilih dia dari antara wanita dengan kata lain terpuji dan terpilih dari antara wanita. Dan ketika Maria terpilih, maka keluarlah doanya yang kita kenal dengan judul’ “Kidung Maria.” Sebaliknya kalau kita melihat ada orang yang sudah duduk pada jabatan terpilih, maka mulai dari gaya – mode – berbicara – dll turut berubah mempengaruhi kursi posisi tempat duduknya. Dan pelan-pelan muncul… antara lain kesombongan lawan dari rendah hati. “Wanita katolik mana yang bisa meraih sikap kerendahan hati ini sepanjang hidupnya seperti Maria?” tanya P. Aloysius saat keheningan umat menyimak khotbah.
Ibu dan Bapak sebenarnya bisa belajar dari kekurangan dirinya. Model Maria ditampilkan gereja kita katolik sebagai sosok yang seharusnya kita tiru dan teladani. Tidak perlu semua, namun dalam sikap sederhana bisa dilakukan. Contoh Ibu-ibu bisa tabah menghadapi kaum Bapak ketika dia marah. Bapak-bapak mampu tabah ketika usahanya gagal dalam pekerjaan, misalnza berdagang (menghasilkan uang). Ibu dan Bapak memberikan contoh rajin berdoa di rumah, gereja, partangiangan sebagai wujud umat beriman. Ketika berhadapan dengan semua orang, kita bisa menghadapinya dengan rendah hati tanpa harus marah-marah atau mengeluarkan kata-kata kotor.

Akhirnya P. Aloysius menutup khotbahnya dengan pesan berupa ajakan dan nasihat, “Mari kita mempraktekkan dalam hidup kita masing-masing sikap Maria, ada tiga sikap yang ditawarkan kepada kita dalam menjalani hidup sebagai orang katolik. Sikap ketabahan, iman, dan kerendahan hati, Amin.” ***
Elinus Waruwu

READ MORE - Tiga Sikap Maria: Ketabahan, Iman & Kerendahan Hati
Author: Elinus Waruwu
•Sabtu, Agustus 15, 2009
Topot Limbong sedang memimpin pemilihan.

Pemilihan Sintua Lingkungan Perlu Dibudayakan Pemilihan Sintua merupakan kaderisasi membangun budaya menjadi pengurus gereja di Stasi Santu Petrus Mela. Budaya kelangsungan regenerasi untuk masa 3 tahun ke depan di lingkungan itu sendiri. Maka Dewan Pastoral Stasi Inti (DPSI) harus menata pemilihan Calon Sintua sesuai 1). aturan, 2).petunjuk Pastor Paroki, 3).rapat pengurus, 4).kebijakan Dewan Pleno Stasi itu sendiri.

Memberdayakan umat lingkungan dengan cara pemilihan suatu keunggulan gereja setempat. Keputusan calon Pengurus baru dimulai dari akar lapisan bawah (lingkungan). Bila ada selama ini hanya aklamasi atau main tunjuk saja, di gereja katolik stasi St. Petrus Mela sungguh berbeda. Calon Sintua dijaring dari lingkungan sehingga mempunyai dasar dukungan umat berbasis lingkungan setempat. Dan itulah yang terjadi di Gereja Katolik Mela, 3 bulan sebelum habis masa periode sudah dimulai pemilihan, dua minggu berturut-turut diumumkan di gereja, dan diberi undangan resmi untuk setiap keluarga agar turut serta mengikuti dan berpatisipasi melalui acara pemilihan pengurus baru.
Budaya pemilihan pengurus baru (Sintua) di Mela itu sungguh berdasar, dirasakan umat setempat, sukses, dan berkesan (Kamis,6/8). Hal-hal yang terlaksana di lingkungan dilengkapi dengan Tata Acara Ibadat, dan Acara Pemilihan. Sintua dari lingkungan lain (bukan di lingkungan tersebut) bertugas memimpin acara. Acaranya sederhana, setelah lagu pembukaan disusul doa lalu bacaaan kitab suci dari Yunus 2:1-10 dan renungan singkat. Saat pemilihan Calon, diiringi lagu Madah Bakti Turunnya Roh Kudus.

Di lingkungan Simpang Tiga 1, bertugas 2 orang Sintua yaitu Topot Limbong, S.Ag dan P.Hutabarat. Pak Limbong pada renungan yang disampaikan kepada umat lingkungan itu, cerita singkat tentang Yunus dalam menjalani panggilan. “Yunus selalu bersyukur kepada Tuhan, sekalipun dia berada di perut ikan dalam situasi yang sulit, penuh masalah atau problem. Melalui kisah Yunus itu kita bisa belajar lewat pemilihan calon sintua. Ini dasar pemilihan yang kita laksanakan. Di mana kita masih melihat kesulitan untuk mencari orang yang mau menjadi pengurus/ Sintua. Maka, mari dalam pemilihan ini selalu ingat kepada Tuhan dan mengandalkan Tuhan dalam menggerakkan hati kita untuk memilih calon sintua lingkungan kita ini. Saya harapkan kepada umat yang terpilih nanti dengan suara terbanyak nanti, tidak menolak dan mau mengikuti panggilan Tuhan yang terpilih sehingga terwakili suara murni oleh suara umat pada pemilihan di lingkungan kita ini…“

Di Lingkungan Simpang Tiga 1 yang dihadiri 32 orang umat, terpilih Calon Sintua: Linus Elinus Waruwu (30 suara), Johannes C. Nadapdap (27 suara), dan Uskiman Habeahan (22 suara). Di lingkungan Simpang Tiga 2 yang dipimpin oleh Sintua yakni Bepo Tambunan dan S. Gulo dihadiri 41 orang umat terpilih Polmen Sitohang (35 suara), Harjon Manalu (35 suara), dan Ibu Fleriana Fau (21 suara). Sementara itu di Lingkungan Pintu Angin/ Panomboman yang dipimpin oleh Sintua Markus Sitanggang dan Junris Silaban berhasil memimpin acara pemilihan yang dihadiri 21 orang. Di lingkungan itu terpilih Ibu Jujur A. Marbun (15 suara), Contantinus K. Manalu (12 suara), Janner Tamba (10 suara), dan Ibu Hutasoit (10 suara).

Selanjutnya, budaya pemilihan Calon Sintua Lingkungan itu diteruskan hari Kamis (13/8). Dan berlangsung pemilihan Calon Sintua pada tiga lingkungan lainnya. yaitu di lingkungan Aek Lobu yang dihadiri 33 orang umat, terpilih Calon Sintua: Aloysius Junris Silaban (30 suara), Markus Sitanggang (28 suara), dan Robert Simarmata (14 suara). Lingkungan Jampalan Bidang yang dihadiri 24 orang umat, terpilih Persi Hutabarat (22 suara), Topot Limbong (22 suara),dan Ruslan Pasaribu (8 suara). Di Lingkungan Pancur Sikip yang dihadiri 25 orang umat, terpilih Beppo Tambunan (24 suara), Simoni Gulo (23 suara), dan Nicolaus Nosimano Waruwu (16 suara). Sukses!

Elinus Waruwu.

READ MORE - Pemilihan Sintua Perlu Dibudayakan
Author: Elinus Waruwu
•Sabtu, Agustus 08, 2009
Bila tahun 2008 SD Swasta RK 4 Sibolga meraih juara I lomba paduan suara tingkat SD/MI se-Kota Sibolga, maka untuk tahun 2009 masih tetap meraih yang terbaik. Keberhasilan itu sesungguhnya karena kedisiplinan dan kekompakan ketika mereka latihan di sekolah. Secara teratur kelompok paduan suara dari sekolah itu latihan rutin setiap hari dari 17 Juli s/d 7 Agustus 2009 dari jam 10.00 – 11.00 Wib. Dan hasil dari kedisiplinan latihan itu menjadikan/ menetapkan sekolah itu sebagai kelompok paduan suara tak terkalahkan dari 60 peserta lomba.

Menurut Ibu Marta Marbun,S.Pd selaku guru pembimbing, tidak ada KKN pada penilaian Dewan Juri. Namun, murni hasil perjuangan mereka di mana setiap hari kelompok paduan suara itu disiplin latihan, dan sebelum latihan siswa-siswinya selalu diberi bimbingan, arahan, dan mengingatkan untuk mencapai target meraih juara I kepada siswa-siswinya seperti tahun lalu.
Di sekolah itu, ada seleksi kelayakan intonasi bidang pengembangan diri yang tepat untuk setiap siswa (suara dites, dan dikelompokkan cenderung ke suara 1 ataukah 2). Setelah diseleksi dan jelas mana suara 1 dan 2, lalu dibagi sesuai dengan warna suara (intonasi). Secara berkelompok latihanpun dilaksanakan, dan selanjutnya diberi bimbingan dengan melatih sesuai kelompok suara 1 dan baru suara 2. Setelah mantap dan bertahan di suara masing-masing, barulah digabungkan secara bersama-sama.

Ketika Ibu Marbun ditanya tentang keunggulan mereka hingga sekolahnya dapat meraih juara I (8/8). Beliau dengan puas dan bangga mengatakan, ”Puji Tuhan...keunggulan kami... itulah tadi, suara 1 dan 2 itu berimbang dan tetap bisa bertahan sesuai not yang diperankan masing-masing. Kemudian... penghatan, penjiwaan dan mimik ketika menyanyikan lagu itu terpancar baik dan seragam...”

Ester E.Waruwu (siswi kelas V) yang menjadi dirigen pada lomba paduan suara mewakili sekolahnya itu, menyatakan hal senada dengan guru pembimbingnya. Ester berkata, ”Kami bukan sombong ya, tapi kami bisa menyanyikan nada G tinggi pada lagu Indonesia Raya itu. Kawan-kawan saya juga tidak fals ketika menyanyikannya. Dan sama halnya ketika kami menyanyikan lagu Mars Sibolga Nauli suara 2 kami berimbang, jelas kedengaran dan mimik selaras.”

Begitulah prestasi SD Swasta RK No.4 Siboga dalam rangka porseni. Sekolah itu berturut-turut mampu mempertahankan Juara I pada lomba paduan suara tingkat SD/MI se-Kota Sibolga. Dan tentu saja, patut dibanggakan. Selamat ya!*

Laporan:
Elinus Waruwu

READ MORE - SD Swasta RK 4 Sibolga Juara I Paduan Suara Tahun 2008 dan 2009
Author: Elinus Waruwu
•Selasa, Agustus 04, 2009
PELANTIKAN PENGURUS PSBG CEMERLANG DAN PENYERAHAN HADIAH LOMBA KREATIVITAS PEMBUATAN ALAT PERAGA MURAH (APM) BINAAN DBE 2 KOTA SIBOLGA

Bapak Kepala Dinas Pendidikan Kota Sibolga Drs. Rustam Manalu selaku pembina DBE 2 Kota Sibolga, didampingi Staf Dinas Pendidikan Dikjar Drs. Porman Bakara dan Jhonson Sihombing, S.Pd. mendapat undangan khusus dari DBE 2 PSBG Cemerlang yakni di SD Negeri 081240 Jalan Merpati Sibolga Selatan. Pada kesempatan itu (1/8), Pak Kadis melantik pengurus PSBG Cemerlang Sibolga Selatan yang baru.

Pengurus baru yang dilantik oleh Pak Kadis Pendidikan Kota Sibolga yaitu Ketua Sahala Gultom,S.Pd., Wakil Ketua Parluhutan,S.Pd., Sekretaris Sova Yuliana Sari,S.Pd.I., Wakil Sekretaris Drs.Herianto, Bendahara Roslina Tanjung,S.Pd., Koordinator Pengembangan Profesional Nursamida Sibarani,S.Pd., Koordinator Informasi Mico Mahulae, Koordinator Pertemuan Elfrida Sianturi,S.Pd., dan Koordinator Produksi Rosmawati Zega, S.Pd.

Selain itu, Pak Kadis juga menyerahkan hadiah kepada pemenang lomba kreativitas guru-guru binaan DBE 2 Sibolga Selatan, khususnya perlombaan kreativitas dalam hal pembuatan alat peraga murah (APM) yang telah terlaksana 31 Juli 2009. Darwin Siregar,S.Pd. selaku DLC Sibolga Selatan dan Tapanuli Selatan sekaligus penanggungjawab PSBG Sibolga Selatan, menjelaskan sebanyak 19 APM yang ditampilkan dari hasil karya ciptaan masing-masing guru tersebut, turut ambil bagian mengikuti kegiatan lomba. Dan Enam APM ditetapkan masuk nominasi terbaik menjadi pemenang, yaitu Juara I atas nama Sri Yuliana Sari SDN 085118, Juara II Hasnah Irawati Lubis SDN 086441, Juara III Nur Azizah, S.Pd. SDN 087695. Dan peringkat 4 jatuh di tangan Meilina Sari, S.Pd.I dari MIS Nurul Falah, peringkat 5 Rosinta Sihotang SDN 081240, dan terakhir peringkat ke-6 atas nama Nofewati Laia, S.Pd. dari SDN 081236 Sibolga Selatan. Guru-guru yang berhasil itu memperoleh penghargaan berupa tropy, piagam, dan uang pembinaan.

Pak Kadis Pendidikan merasa senang atas upaya DBE 2 Sibolga Selatan yang telah berusaha membina dan menyelenggarakan berbagai kegiatan untuk terus memotivasi guru dalam peningkatan profesionalismenya. Menurut Pak Kadis, guru-guru kita diminta terus untuk meningkatkan kinerjanya dalam mendidik dan mengajar anak bangsa. Peningkatan kinerja dalam memberhasilkan pembelajaran di sekolah dapat dijadikan dasar untuk membangun generasi muda (peserta didik) yang ujung-ujungnya beberapa puluh tahun ke depan peserta didik itu akan memimpin dan menggantikan posisi generasi tua kelak.

Pak Manalu juga memberi pujian kepada guru-guru binaan DBE 2 itu, menurut beliau guru-guru binaan DBE 2 Kota Sibolga telah banyak memajukan pendidikan lewat karya dan berbagai usaha dalam kegiatannya. Maka, beliau berharap guru-guru binaan DBE 2 Kota Sibolga hendaknya terus-menerus menciptakan pembelajaran yang inovatif seperti membuat alat peraga murah (APM) untuk mempermudah pencapaian tujuan pembelajaran. Ditambahkannya, bahwa keberhasilan pendidikan adalah upaya menciptakan generasi yang cerdas dan kompetitif secara sehat. Oleh karenanya perlu terus dilakukan perbaikan, dan guru harus mampu memotivasi peserta didik agar bisa meraih prestasi-prestasi yang terbaik.

۩ Elinus Waruwu,
Guru SD RK 4 Sibolga melaporkan.

READ MORE - Pelantikan Pengurus PSBG Cemerlang Sibolga Selatan
Author: Elinus Waruwu
•Kamis, Juli 30, 2009

Oleh: NOFEWATI LIA, S.Pd.

"Guru yang baik terus berupaya menimba pengalaman. Dan pengalaman itu adalah guru terbaik."

Barangkali latar belakang pernyataan itulah kiranya, banyak guru di bawah binaan DBE 2 Kota Sibolga, termotivasi membuat alat peraga murah dengan tujuan perbaikan pembelajaran. Singkatnya, ide mencipta alat peraga murah yang dipaparkan lewat tulisan ini, berawal dari binaan DBE 2 Kota Sibolga dalam upaya menciptakan alat peraga murah, aman, nyaman dan menyenangkan.

Maka dari hasil penilaian Dewan Juri Tim DBE 2 Kota Sibolga, alat peraga murah dengan judul ”Ulat Pembelajaran” karya penulis sendiri, Nofewati Laia, S.Pd. telah dinilai dan ditetapkan sebagai peringkat 6 dari 19 orang guru binaan DBE 2 yang mengikuti lomba mencipta alat peraga. Hadiah berupa piala, piagam, dan uang 100 ribu rupiah telah penulis terima langsung dan diserahkan Bapak Kepala Dinas Pendidikan Drs. Rustam Manalu (Sabtu, 1 Agustus 2009).


Bahan, Alat, Cara Pembuatan, dan Penggunaan

Melalui tulisan berikut, penulis ingin membagi pengalaman dalam menciptakan alat peraga murah (APM) itu buat rekan-rekan guru SD, khususnya inovasi baru pada pembelajaran bahasa Indonesia dan matematika di kelas awal (rendah). Sekali lagi, alat peraga murah serba guna ”Ulat Pembelajaran” praktis dipergunakan di kelas awal karena cukup sederhana dan mudah untuk didapat.

Adapun bahan pembuatan alat peraga murah ”Ulat Pembelajaran” ini cukup 4 macam saja, yaitu 1).cangkang telur, 2).kertas karton/ kertas kilat, 3).lem, dan 4).tusuk gigi. Alat yang dipergunakan untuk membuat menjadi alat peraga yaitu pisau kertas dan gunting. Cara pembuatan APM ”Ulat Pembelajaran” cukup sederhana dan mudah, yaitu (1).potong cangkang telur dengan pisau/ gunting, (2).beri hiasan menarik dengan kertas berwarna, (3).bentuk menjadi ulat pembelajaran, (4).beri lubang tempat huruf dan angka, (5).pergunakan sesuai tingkat kemampuan/ kebutuhan level anak.

Cara penggunaan APM ”Ulat Pembelajaran” yang penulis programkan sendiri ini, diterapkan pada mata pelajaran bahasa Indonesia kelas I semester 1 dengan kompetensi dasar yakni mencontoh huruf, kata, kalimat sederhana dari buku atau papan tulis dengan baik dan benar, dengan materinya yakni penulisan huruf, kata, dan kalimat. Peserta didik diajak mengenal huruf dengan memasang huruf-huruf tersebut pada APM ”Ulat Pembelajaran”. Hal yang sama pada mata pelajaran matematika di kelas I semester 1 dengan kompetensi dasar menguraikan banyak benda pada materi operasi hitung bilang.

Tentu dalam hal PBM ini guru mempersiapkan peserta didik seperti bermain sambil belajar, sistem pakem harus berlangsung selama proses belajar mengajar, sehingga peserta didik merasa senang dan tidak sampai membosankan, peserta didik diupayakan terlibat langsung melaksanakan pembelajaran sesuai petunjuk. Contoh instrumen sederhana perintah dari guru, ”Anak-anak, siapa yang sudah mengenal huruf i ? Nah, ambil huruf i itu dan pasangkan di Ulat Pembelajaran kita!” Demikian seterusnya sampai terbentuk kata, misalnya kata ibu.

Guru dapat meminta peserta didik untuk mencari huruf atau angka yang sudah dikenal secara bergiliran. Kemudian, peserta didik diminta untuk memasang huruf/ angka tersebut pada alat ”Ulat Pembelajaran”. Nah ketika anak mampu dan bisa melakukannya sendiri, maka diberi motivasi berupa pujian, misalnya bertepuk tangan. Secara tidak sadar peserta didik digiring untuk lebih cepat memahami sekaligus mengenal dengan lebih cepat membaca, menulis, dan berhitung.

Alat peraga murah (APM) ”Ulat Pembelajaran” buatan guru sendiri pada pembelajaran bahasa Indonesia dan matematika yang inovatif, seperti dikemukakan dalam prinsip-prinsip metode belajar yang pakem dapat meningkatkan keterampilan anak-anak didik dalam pengembangan bakat dan kemampuannya. Baik mata pelajaran bahasa Indonesia juga matematika.

Penerapan APM ”Ulat Pembelajaran” dalam mengajar yang pakem, secara tidak langsung memberikan rasa percaya diri pada anak-didik dan membantu mereka berprestasi. Hemat penulis, APM “Ulat Pembelajaran” ini merupakan sebuah alat peraga soft skill (keterampilan hidup) yang perlu diterapkan oleh guru-guru dan dipraktekkan oleh setiap peserta didik dalam mempersiapkan diri menyongsong masa depan yang lebih baik dan cerah.

Penulis menyarankan kepada Pemerintah, Yayasan Pengelola Sekolah, secara khusus Gugus Binaan DBE 2 Kota Sibolga agar tetap mengadakan pusat-pusat pembinaan kepribadian guru, termasuk lomba membuat APM seperti telah kami ikuti ini. Dan pembinaan pendidikan sebaiknya terus menerus dilakukan. Guru perlu belajar menciptakan alat peraga baru, PTK, dan menguasai IPTEK. Penulis yakin melalui pembinaan pendidikan, kita telah turut mempersiapkan generasi yang akan datang (future generation) berperan aktif dan bertanggungjawab dalam masyarakat global, masyarakat pembelajar (learning society) abad 21 ini. Salam Pendidikan! *

READ MORE - APM Ulat Pembelajaran Karya Nofewati Laia, S.Pd.
Author: Elinus Waruwu
•Selasa, Mei 12, 2009
Baru-baru ini (8-9 Mei 2009) para anggota Ordo Fransiskan Sekulir (OFS) se-Keuskupan Sibolga mengadakan kapitel di Ruang Pembinaaan Rohani (Ruper) Laverna Gunungsitoli – Nias, pertemuan persaudaraan ordo awam sedekanat Tapanuli dan Nias wilayah Keuskupan Sibolga. Hadir membuka dan memimpin pada kesempatan itu Jakobus Dominikus Fernandez pemimpin tertinggi OFS se-Indonesia, Minister Nasional dari persaudaraan Cibinong Regio Jawa Barat (hasil Kapitel Nasional II, 2-6 Juli 2008) bersama saudari Esther Maringka.

Pertemuan para awam yang didampingi oleh pendamping rohani P.Bernard Telaumbanua OFMCap berlangsung sukses, berikut laporan Sdr. Elinus Waruwu sekretaris Dewan Regio Sibolga melaporkan.

Setelah dua puluh empat tahun sejak 1985 – sekarang, OFS Keuskupan Sibolga yang dirintis pendiriannya oleh P.Polykarp Geiger OFMCap tahun 1985 di Keuskupan Sibolga terus mengalami perkembangan pesat. Pada 4 Mei 2003 terbentuklah Regio Sibolga secara otonom pada kapitel I yang dipimpin oleh FX.Subroto selaku pelayan nasional saat itu.

Awal pembentukan kelompok OFS di Keuskupan Sibolga dimulai dari kelompok doa sederhana. Belajar tentang sejarah hidup Bapa St. Fransiskus dari Asissi, berdoa, rekoleksi, ret-ret, kursus dan pembinaan-pembinaan lainnya dari pendamping rohani. Di bawah Dewan Regio St. Polykarpus Sibolga sudah ada 4 persaudaraan setempat yang telah sah pendiriannya menurut hukum kanonik (sudah dikanonisasi), yaitu 1).Persaudaraan Lokal OFS Sipeapea 15 Januari 1993, 2).Persaudaraan Lokal OFS Sibolga 15 Januari 1993, 3).Persaudaraan Lokal St. Ludovikus Mela-Sibolga, 7 Februari 2006 dan 4).Persaudaraan Lokal St.Leo Pold Gunungsitoli 7 Februari 2006.

Dan kini, hanya dalam waktu 6 tahun sejak adanya Dewan Regio Sibolga sudah terjadi pemekaran Regio Sibolga itu menjadi 2 persaudaraan Regio yakni Regio Sibolga dan Regio Nias. Inilah salah satu hasil kapitel penting yang berlangsung sukses, meriah, dan penuh persaudaraan di Nias.

Selama ini anggota OFS Nias yang mempunyai induk persaudaraan setempat satu-satunya yaitu St. Leo Pold Gunungsitoli, dan bernaung di bawah persaudaraan Regio Sibolga. Pada acara kapitel yang merupakan puncak pertemuan persaudaraan OFS untuk kegiatan berdoa, berevaluasi, dan berefleksi atas perjalanan persaudaraan selama periode yang lalu, berhasil memutuskan satu kebijakan penting yang baru sebagai arah persaudaraan ke depan secara bersama-sama.

Seperti diketahui bahwa kapitel dilaksanakan untuk mengakhiri satu periode pelayanan dan untuk memulai periode yang berikutnya. Oleh karena itu, maka tepatlah dilontarkan satu pertanyaan, “Quovadis OFS Keuskupan Sibolga?” Pertanyaan mendasar itu bermakna sangat mendalam, di mana lebih ditekankan, ditujukan, dan dijawab oleh seluruh anggota OFS dan kedua pengurus Dewan Regio Sibolga dan Nias, “Mau ke mana diarahkan Ordo Awam Fransiskan Sekulir di Keuskupan Sibolga?” Pertanyaan dan permenungan itu diungkapkan oleh pendamping rohani sebagai masukan positif sebelum acara kapitel dimulai.

Lebih jauh P.Bernard OFMCap menceritakan pengalamannya dalam mendampingi anggota OFS di Keuskupan Sibolga baik Regio maupun Lokal pada awalnya beliau sangat bersemangat, ada jadwal kunjungan, dan ada target. Namun, idealismenya itu tidak nyambung dengan keadaan konkrit OFS itu sendiri akibat tugas beliau yang beraneka-ragam, dan tidak fokus. Menurut beliau, seharusnya OFS pada tingkat tertentu meminta secara resmi pendamping OFS “fulltimer” kepada OFMCap, OSF, KSFL, FCJM, atau keluarga Fransiskan.

Perdebatan Terjadi

Pada kapitel yang berlangsung di Nias itu, Ketua-ketua persaudaraan OFS yang tinggal di Nias meminta dan memohon kepada Dewan Nasional agar OFS Nias disahkan menjadi satu Regio. Terlihat pada kapitel itu terjadi perdebatan sengit yang sulit dihindari, ibarat serunya jajak pendapat antara anggota OFS Sibolga dengan OFS Nias. Ketika Sirus Sofumboro Ndruru anggota Dewan Regio Sibolga periode 2003-2006 yang bertempat tinggal di Teluk Dalam Nias Selatan dihubungi dan dimintai pendapatnya soal persiapan kapitel itu, beliau mengakui sendiri bahwa kapitel yang berlangsung di Nias itu kurang persiapan, bahkan tidak ada rapat di antara Dewan Regio Sibolga sebelumnya. “Yah, kalau Rapat Pra Kapitel sudah terjadi di Nias, tetapi itu sepihak, di mana saudara-i dari Sibolga belum terlibat…padahal justuru di daratan Tapanuli berkedudukan Minister Dewan Regio.” Ungkap Pak Sirus S. Ndruru.

Sempat Klemenius Panjaitan selaku Minister Lokal St. Ludovikus Mela-Sibolga, mempersalahkan Dewan Nasional karena tidak setuju dimekarkannya OFS Nias di bawah Regio Sibolga. Namun mendengar pendapat Yosafat Dakhi dari persaudaraan Teluk Dalam Nias Selatan, Elias Laia Minister Lokal Gunungsitoli, dan Romanus Hasjran Intan selaku Minister Persaudaraan Tingkat Regio Sibolga, serta penjelasan P.Bernard sebagai pendamping rohani OFS.

Maka akhirnya sampailah pada keputusan, Pelayan Nasional J.D.Fernandez secara langsung mempertanyakan kepada Elias selaku Minister selama ini, sejauh mana kemampuan anggota OFS Nias siap untuk dimekarkan. “Bisakah OFS Regio Nias membenahi diri dalam tempo 6 bulan sehingga Persaudaraan Setempat memenuhi syarat dengan pengakuan resmi secara hukum kanonik?” dan terlihat jawaban Elias Laia masih kurang jelas, sehingga pertanyaan diulangi sekali lagi oleh Minister Nasional. Dan jawaban Elias Laia dengan dukungan para anggota OFS di Nias menjawab, “Ya, kami bisa dan siap!”

Dengan pernyataan dan dukungan berupa komitmen persaudaraan Regio Nias itu dan hasil mufakat bersama, sekalipun ada dua tiga orang saudara yang berbeda pendapat, tetapi itu sah-sah saja. Dewan Nasional menyetujui pembentukan Dewan Regio Nias dengan syarat, yaitu 6 bulan setelah dilantik Dewan Regio Nias harus melengkapi segala persyaratan yang telah ditetapkan. “Saya sebagai Pelayan Nasional, dengan ini menerima dan memutuskan bahwa status persaudaraan Nias yang selama ini bernaung di bawah Regio Sibolga, saya tetapkan satu Dewan Regio dan kita akan mengadakan pemilihan pada hari ini juga. Dan keputusan ini, akan saya pertanggungjawabkan pada kapitel Nasional tahun 2011 yang akan datang….” tegas J.D.Fernandez yang disambut tepuk tangan meriah 52 orang anggota OFS peserta kapitel.

Dengan demikian, OFS di Keuskupan Sibolga ada 2 Dewan Regio yang terbentuk. Bagi Regio Sibolga kapitel ini adalah kapitel II, sedangkan Regio Nias merupakan kapitel I.

Dasar Pemekaran Regio Nias

Memang keputusan Minister Nasional untuk memekarkan persaudaraan Regio Sibolga patut dipuji karena punya dasar landasan yang kuat, seperti dijelaskan oleh Pendamping Rohani P.Bernard bahwa AD dan Kontitusi OFS Artikel 23 berbunyi: Persaudaraan Regional merupakan persekutuan yang tertata dari semua Persaudaraan Lokal yang ada dalam satu pulau (KU 61:1), dan apabila keadaan memungkinkan dapat saja dibentuk Persaudaraan Tingkat Regio, menurut Keuskupan dengan syarat: jumlah tidak kurang dari tiga Persaudaraan Lokal, dan telah memenuhi syarat kemandirian secara ekonomis. Dengan demikian persaudaraan dari Nias sudah memenuhi syarat yaitu persaudaraan 1). Lokal St.Leo Pold Gunungsitoli, 2).Lokal Teluk Dalam Nias Selatan, dan 3).Lokal Idanogawo. Masalahnnya adalah belum punya nama pelindung persaudaraan untuk Nias Selatan dan Idanogawo, serta pengurusan secara kanonik masih dalam proses. Namun, sesungguhnya kedua persaudaraan itu sudah banyak anggotanya yang telah profesi (berkaul) dan sudah memenuhi syarat.

Maka mengingat daerah pelayanan letak geografisnya di mana pulau Sumatera dan pulau Nias berjarak kurang lebih 120 mil, ditempuh dalam 1 hari pelayaran, jarak tempuh Nias–Sibolga yang harus melewati laut luas (samudera), dan biaya transportasi tinggi yang menyulitkan anggota OFS Nias bisa bergabung ke Regio Sibolga daratan Tapanuli, maka adalah lebih tepat agar OFS di Nias menjadi 1 Persaudaraan Regio saja atau otonom.

Dengan disahkannya satu persaudaraan Regio Nias, maka segala administrasi dan proses pengembangan OFS di Nias menjadi hak dan tanggungjawab Regio Nias secara otonom, dan selanjutnya persaudaraan Regio Nias langsung berhubungan dengan Dewan Pelayanan Nasional. Dan inilah sejarah baru bagi anggota OFS Nias yang patut dicatat dan disyukuri.

Sejarah Baru

OFS Keuskupan Sibolga pernah diberitakan di majalah Hidup No.18 Tahun XLVI terbitan 3 Mei 1992, saat OFS mendapat kunjungan khusus oleh Pater Benitius OFMCap pendamping rohani Internasional dari Roma. Dan menurut Romanus Hasjran Intan, sesungguhnya OFS Regio Sibolga sampai sekarang tetap eksis dan komitmen dalam pengembangan pelayanannya.

Romanus memberi kesaksian, ”Ini sungguh luar biasa, saya bangga sebagai Minister Regio Sibolga atas pemekaran Regio Nias sebagai satu wadah otonom, bisa mandiri dan tidak terikat lagi dengan Regio Sibolga. Peristiwa ini merupakan rahmat Tuhan, hasil kapitel terbaik, sekaligus sejarah baru bagi para saudara-i anggota OFS Regio Nias, saya senang, dan berterima kasih kepada Minister Nasional. Dan kita semua mengucapkan proficiat, semoga spritualitas fransiskan menggema di Nias dan bahkan di tempat lain…”.

Dewan Regio yang Baru

Pelaksanan pemilihan Dewan Regio (9/5) yang baru, berlangsung selama kurang lebih 3,5 jam dari pukul 14.00 – 17.30 WIB. Hasil Pemilihan kapitel II Dewan St. Polykarpus Regio Sibolga, terpilih Minister: Romanus Hasjran Intan, Wakil: Antonius Susanto, Sekretaris: Linus Elinus Waruwu, Bendahara: Pince Fransiska Simanjuntak, dan Formator: Antonius Enjoy Situmorang. Sementara itu Hasil Pemilihan kapitel I Dewan Regio Nias (masih pembenahan nama pelindung persaudaraan), Minister: Elias Laia, Wakil: Sirus Sofumboro Ndruru, Formator: Tupauli Lubis, Sekretaris: Editha Harefa, dan Bendahara: Stefanus Laia.

Para Pengurus OFS Tingkat Regio tersebut, dikukuhkan atau dilantik oleh Dewan Nasional, pada perayaan Misa Kudus sore itu juga, untuk masa pelayanan periode 2009 – 2012. Proficiat ! Pace e bene!* Ewr.

READ MORE - Quovadis OFS Keuskupan Sibolga
Author: Elinus Waruwu
•Rabu, Februari 04, 2009

Ketika baru-baru ini Sintua Pengurus Gereja dari salah satu stasi di daerah Tapanuli didatangi tamu yaitu tiga orang Naposo (baca: Muda-mudi) bernama Naburju, Natigor, dan Sinauli. Kepada mereka dilontarkan satu pertanyaan, “Apakah masih ada keluarga kudus pada zaman modern sekarang ini?” Sejenak ketiga orang Naposo tersebut terkejut dan mulai berpikir. Barangkali melayang pandangan mereka tentang keluarganya masing-masing. Dan pertanyaan itu diulang beberapa kali oleh Sintua atau Penanya. Ternyata mereka sulit menjawab. Ketiga orang Naposo seperti bingung dan tidak menemukan jawaban.

Barangkali ini juga menjadi permenungan bagi kita umat Katolik. Dari nama-nama Naposo tadi, sebenarnya tidak terlalu sulit untuk memberikan jawaban tentang kriteria Keluarga Kudus tersebut. Naburju (bhs Batak, berarti yang baik – bhs Nias Si sokhi), Natigor (bhs Batak, berarti yang lurus = bhs Nias Satulo), dan Sinauli (bhs Batak, berarti yang indah/ harmonis – bhs Nias Sibaga). Jadi, kalau dipikirkan sebuah keluarga dikatakan kudus bila ketiga sikap tadi yaitu baik – lurus – harmonis, terdapat dalam keluarga tersebut. Ketiga nilai kehidupan tersebut harus tampak dan dihidupkan dalam keluarga kudus.

Sebenarnya Gereja Katolik sudah lebih maju dibanding pandangan tetangga lainnya tentang keluarga kudus. Sejak dulu Perayaan Pesta Keluarga Kudus tetap tak terlewatkan di setiap tahun liturgi gereja kita. Sayangnya, tokoh-tokoh idola Keluarga Kudus tersebut seperti sudah kadaluwarsa bagi anak-anak kita. Kenapa ? Jawabnya karena model Keluarga Kudus yaitu Yosef-Maria-Yesus tidak lagi dihidupkan dalam keluarga katolik. Seharusnya untuk mencapai model Keluarga Kudus, orang katolik sudah seharusnya meniru atau meneladani keluarga dari Nasaret itu. Setiap keluarga diharapkan menghidupkan nilai-nilai si Burju, si Tigor, dan si Nauli tersebut sehingga model keluarga kudus itu terdapat dalam keluarga kita sebagai umat katolik.

Maka belum terlambat, bila kita kembali melihat Keluarga Kudus dari Nasaret itu. Yosef adalah pria sederhana yang rendah hati, dialah yang pantas mendapat julukan si Burju. Dalam tantangan yang dihadapi, dia tampil sebagai pelindung bagi Maria dan Yesus. Apakah sebagai seorang ayah dalam keluarga kita masing-masing telah mempunyai sikap seperti Yosef, di mana mampu sabar terhadap problem keluarga kita? Bila respon kita ya, berarti keluarga anda sudah tergolong masuk kategori keluarga kudus katolik zaman modern/ sekarang.

Kita lihat sikap Maria (Natigor) ketika menjawab malaikat Tuhan, “Terjadilah padaku menurut perkataanmu itu…” Dari tutur kata Maria yang menghidupkan sikap pasrah itu, kepada kaum Ibu-ibu Katolik kita bertanya, “Adakah sikap kepasrahan diri secara total itu dihidupkan dalam menghadapi rintangan seperti sikap-sikap suami yang menjengkelkan? Atau kaum Ibu katolik melarikan diri dan menghindar dari penyelenggaraan ilahi?” Bila seorang Ibu berani menjawab yah…saya telah pasrah kepada Tuhan dan tidak lari dari kenyataan yang dihadapi, berarti keluarga demikian tergolong masuk kriteria keluarga kudus.

Yosef dan Maria seharusnya menjadi idola keluarga kudus zaman sekarang. Tentu saja perkembangan zaman tidak sama dengan dahulu kala. Tetapi nilai-nilai kehidupan seperti dikatakan yaitu sikap baik, lurus hati, dan keharmonisan keluarga harus bisa ditampakkan dan bisa dirasakan oleh sesama atau keluarga katolik lainnya.

Yosef – Maria – Yesus adalah tokoh idola zaman dulu dan sekarang. Ketiga tokoh itu menghidupkan nilai-nilai saling mendukung dan menunjang kehidupan dengan selalu menghadirkan Tuhan dalam perjalanan keluarga mereka. Sikap saling menghormati, menghargai, bertanggungjawab tetap tinggal dalam keluarga kudus tersebut yang memberikan kebahagiaan sejati kendati dalam tantangan dan rintangan.

Masalahnya sekarang, adakah keluarga kudus yang diorbitkan oleh gereja katolik, sekalipun setiap tahun menampilkan model keluarga kudus Yosef-Maria-Yesus? Lewat oase ini, umat digugah dan diajak kembali melihat diri dalam keluarga kita masing-masing. Seperti ungkapan umum yang mengatakan bahwa keluarga katolik semua dipanggil, tetapi hendaknya kita berpikir adakah yang terpilih? Kita berharap akan ada dan kelak tumbuh dalam iman hidup kekatolikan kita.

* Dianjurkan setelah wawasan Keluarga Kudus ini dibaca, satu keluarga diajak bersama membaca dan mendengarkan teks Kitab Suci dari bacaan Matius Bab 2: ayat 13 sampai 15, ditambah ayat 19 sampai 23. Mudah-mudahan andalah keluarga kudus yang diharapkan itu! (ELINUS WARUWU).

READ MORE - Keluarga Kudus Yosef Maria dan Yesus
Author: Elinus Waruwu
•Selasa, Februari 03, 2009

“Warta Keuskupan Sibolga sangat penting, selain sarana komunikasi antar Paroki juga media ini menjadi alat penyadaran umat…”

Demikian pernyataan Bapa Uskup Keuskupan Sibolga Mgr.Dr. Ludovicus Simanullang, OFM Cap hari Jum’at 16 Januari 2009 saat rapat perdana Tim Redaksi Warta Keuskupan yang dihadiri oleh 8 orang perwakilan Tim Liputan Warta Keuskupan khusus Daerah Tapanuli, di Santu Kristoporus Kota Sibolga beberapa waktu yang lalu. Menurut Bapa Uskup, Warta Keuskupan sangat penting dan merupakan sarana yang baik untuk berkomunikasi, baik antar Paroki maupun antar para Pastor dan umat se-Keuskupan Sibolga. Komunikasi sangat penting pada zaman modern ini sebab tanpa ada komunikasi, sarana mewartakan iman tidak akan berjalan. Karena itu, Warta Keuskupan salah satu media komunikasi antar umat sudah selayaknya berbenah diri dan dijadikan sarana untuk penyampaian nilai-nilai Injili Kristiani.

Lebih jauh Bapa Uskup mengatakan, pentingnya informasi melalui Warta Keuskupan karena setiap goresan pasti berhadapan dengan manusia beriman. Dan nilai-nilai spritualitas dapat diwartakan melalui Warta Keuskupan dengan jumlah tak terbatas. Bapa Uskup juga mengatakan bahwa banyak hal yang perlu dilihat untuk mengisi Warta Keuskupan, seperti peristiwa yang terjadi di setiap paroki, adanya kegiatan/ gerakan yang ditampilkan sehingga terjalin adanya perubahan, dan pendidikan yang menggugah. “Nah, kalau nilai-nilai kehidupan dihidupkan (baca: Living Values) dan itu diceritakan terus menerus, maka pada akhirnya akan berdampak positif dalam kehidupan, yaitu mengurangi hal-hal negatif seperti kejahatan.” Jelas Bapa Uskup. Ini berarti damai melawan perang “kejahatan”, dengan memakai prinsip di mana Allah dihojat di situ kita memuji Allah.

Kendala dan Tantangan

Pemimpin Redaksi/ Penanggungjawab Warta Keuskupan, Pastor Paulus Posma Manalu Pr pada kesempatan itu mengutarakan dua kendala dan tantangan bagi Warta Keuskupan Sibolga. Pertama, masih sedikit orang yang ambil bagian, baik dari peliputan maupun info berita yang masih kurang atau jarang datangnya dari Paroki. Hal kedua, jelas Pastor Posma yaitu kendala mendistribusikan Warta Keuskupan Sibolga itu sendiri.

Menanggapi kendala dan tantangan ini, Bosco Manihuruk dari Paroki Pangaribuan mengusulkan agar setiap edisi diberi kolom khusus Berita Paroki. Dan katanya, “Saya kira perlu dihunjuk orang yang bertanggungjawab oleh Pastor Paroki agar ditugaskan orang-orang muda yang berbakat untuk mengatasi kendala dan tugas itu, bila perlu Surat Tugas dilengkapi secara jelas. Atau oleh Warta Keuskupan memberikan Surat Tugas dengan pemberitahuan kepada Pastor Paroki secara resmi.”

Melihat perkembangan Warta Keuskupan, harus diakui sampai saat ini belum ada Kantor Khusus untuk Warta Keuskupan. Dan rencana hal ini akan dipikirkan untuk diupayakan pada masa yang akan datang. Tim Anggota Redaksi Warta Keuskupan yang mengikuti pertemuan pada kesempatan itu, mengusulkan dan menyepakati beberapa kolom tetap Warta Keuskupan antara lain Meja Redaksi, Sapaan Gembala, Sajian Utama, Sajian Khusus 50 Tahun Prefektur Apostolik Keuskupan Sibolga, Warta Paroki, Ruang Komisi, Varia, Oase dan Karikatur.

Kita berharap mudah-mudahan dengan rapat Dewan Redaksi dan arahan Bapa Uskup, Warta Keuskupan Sibolga semakin tampil lebih baik dan mampu memberikan wawasan kepada segenap umat di Keuskupan Sibolga. (Elinus Waruwu – Tapanuli/ Sibolga).

PENYADARAN UMAT

Mgr. Dr. Ludovicus Simanullang, OFM Cap, Uskup Keuskupan Sibolga, berbicara di hadapan 8 orang Tim Anggota Redaksi Warta Keuskupan Sibolga (16/1).

Foto:Elinus Waruwu/ Warta Keuskupan).

BAPA USKUP

Usai Rapat Dewan Redaksi Warta Keuskupan Sibolga – Daerah Tapanuli, Bapa Uskup berfoto bersama.

Foto:Elinus Waruwu/ Warta Keuskupan).

READ MORE - Warta Keuskupan Alat Penyadaran Umat
Author: Elinus Waruwu
•Senin, Februari 02, 2009

Tradisi yang baik harus diteruskan, dan itulah yang terlihat hari Kamis 8 Januari 2009 di rumah Kepala Dinas Pendidikan Kota Sibolga. Kegiatan itu sering disebut Open House, dan kali ini banyak yang hadir seperti Staf Dinas Pendidikan, seluruh Kepala Sekolah, dan anggota Dharma Wanita. Atas nama keluarga, Ibu Kadis (demikian sebutan anggota Dharma Wanita) lewat kesempatan itu, menyampaikan terima kasih atas kehadiran seluruh para undangan, secara khusus kepada Ibu-ibu Dharma Wanita. Ibu itu berharap, semoga pada hari yang akan datang, melalui karya-karya kita dapat meningkatkan kerjasama di bidang pendidikan baik di sekolah maupun di dalam keluarga kita masing-masing.

Sementera itu, H. Agus Salim Harahap, MM selaku Ketua Dewan Pendidikan yang hadir pada acara open house tersebut mengatakan, acara Open House seperti ini merupakan kebiasaan dalam menyambut Tahun Baru, oleh karena itu kita harus tetap menjalin komunikasi antar umat bergama, biar berbeda agama tetapi kita tetap menjalin silahturahmi agar kerjasama di bidang pendidikan itu lebih baik pada masa yang akan datang.

Pada open house itu juga, terlihat turut menyampaikan kata-kata sambutan mewakili Pengawas, mewakili Kepala Sekolah (Pak Yazid), dan mewakili PGRI (Pak Siregar). Dan kata-kata sambutan kebanyakan mengucapkan terima kasih, dan mohon maaf satu sama lain. Ini berarti, bila satu sama lain saling memaafkan, maka diharapkan kerjasama yang baik terjalin lebih baik untuk tahun baru 2009. Selamat Tahun Baru ! (Elinus Waruwu/Cerdas).

Tampak foto sebagian para undangan di dalam rumah Pak Kadis, saat Open House, 8 Januari 2009.

(Foto: Elinus Waruwu/ Cerdas).

READ MORE - Open House Kadis Pendidikan Sibolga