Author: Elinus Waruwu
•Rabu, Februari 04, 2009

Ketika baru-baru ini Sintua Pengurus Gereja dari salah satu stasi di daerah Tapanuli didatangi tamu yaitu tiga orang Naposo (baca: Muda-mudi) bernama Naburju, Natigor, dan Sinauli. Kepada mereka dilontarkan satu pertanyaan, “Apakah masih ada keluarga kudus pada zaman modern sekarang ini?” Sejenak ketiga orang Naposo tersebut terkejut dan mulai berpikir. Barangkali melayang pandangan mereka tentang keluarganya masing-masing. Dan pertanyaan itu diulang beberapa kali oleh Sintua atau Penanya. Ternyata mereka sulit menjawab. Ketiga orang Naposo seperti bingung dan tidak menemukan jawaban.

Barangkali ini juga menjadi permenungan bagi kita umat Katolik. Dari nama-nama Naposo tadi, sebenarnya tidak terlalu sulit untuk memberikan jawaban tentang kriteria Keluarga Kudus tersebut. Naburju (bhs Batak, berarti yang baik – bhs Nias Si sokhi), Natigor (bhs Batak, berarti yang lurus = bhs Nias Satulo), dan Sinauli (bhs Batak, berarti yang indah/ harmonis – bhs Nias Sibaga). Jadi, kalau dipikirkan sebuah keluarga dikatakan kudus bila ketiga sikap tadi yaitu baik – lurus – harmonis, terdapat dalam keluarga tersebut. Ketiga nilai kehidupan tersebut harus tampak dan dihidupkan dalam keluarga kudus.

Sebenarnya Gereja Katolik sudah lebih maju dibanding pandangan tetangga lainnya tentang keluarga kudus. Sejak dulu Perayaan Pesta Keluarga Kudus tetap tak terlewatkan di setiap tahun liturgi gereja kita. Sayangnya, tokoh-tokoh idola Keluarga Kudus tersebut seperti sudah kadaluwarsa bagi anak-anak kita. Kenapa ? Jawabnya karena model Keluarga Kudus yaitu Yosef-Maria-Yesus tidak lagi dihidupkan dalam keluarga katolik. Seharusnya untuk mencapai model Keluarga Kudus, orang katolik sudah seharusnya meniru atau meneladani keluarga dari Nasaret itu. Setiap keluarga diharapkan menghidupkan nilai-nilai si Burju, si Tigor, dan si Nauli tersebut sehingga model keluarga kudus itu terdapat dalam keluarga kita sebagai umat katolik.

Maka belum terlambat, bila kita kembali melihat Keluarga Kudus dari Nasaret itu. Yosef adalah pria sederhana yang rendah hati, dialah yang pantas mendapat julukan si Burju. Dalam tantangan yang dihadapi, dia tampil sebagai pelindung bagi Maria dan Yesus. Apakah sebagai seorang ayah dalam keluarga kita masing-masing telah mempunyai sikap seperti Yosef, di mana mampu sabar terhadap problem keluarga kita? Bila respon kita ya, berarti keluarga anda sudah tergolong masuk kategori keluarga kudus katolik zaman modern/ sekarang.

Kita lihat sikap Maria (Natigor) ketika menjawab malaikat Tuhan, “Terjadilah padaku menurut perkataanmu itu…” Dari tutur kata Maria yang menghidupkan sikap pasrah itu, kepada kaum Ibu-ibu Katolik kita bertanya, “Adakah sikap kepasrahan diri secara total itu dihidupkan dalam menghadapi rintangan seperti sikap-sikap suami yang menjengkelkan? Atau kaum Ibu katolik melarikan diri dan menghindar dari penyelenggaraan ilahi?” Bila seorang Ibu berani menjawab yah…saya telah pasrah kepada Tuhan dan tidak lari dari kenyataan yang dihadapi, berarti keluarga demikian tergolong masuk kriteria keluarga kudus.

Yosef dan Maria seharusnya menjadi idola keluarga kudus zaman sekarang. Tentu saja perkembangan zaman tidak sama dengan dahulu kala. Tetapi nilai-nilai kehidupan seperti dikatakan yaitu sikap baik, lurus hati, dan keharmonisan keluarga harus bisa ditampakkan dan bisa dirasakan oleh sesama atau keluarga katolik lainnya.

Yosef – Maria – Yesus adalah tokoh idola zaman dulu dan sekarang. Ketiga tokoh itu menghidupkan nilai-nilai saling mendukung dan menunjang kehidupan dengan selalu menghadirkan Tuhan dalam perjalanan keluarga mereka. Sikap saling menghormati, menghargai, bertanggungjawab tetap tinggal dalam keluarga kudus tersebut yang memberikan kebahagiaan sejati kendati dalam tantangan dan rintangan.

Masalahnya sekarang, adakah keluarga kudus yang diorbitkan oleh gereja katolik, sekalipun setiap tahun menampilkan model keluarga kudus Yosef-Maria-Yesus? Lewat oase ini, umat digugah dan diajak kembali melihat diri dalam keluarga kita masing-masing. Seperti ungkapan umum yang mengatakan bahwa keluarga katolik semua dipanggil, tetapi hendaknya kita berpikir adakah yang terpilih? Kita berharap akan ada dan kelak tumbuh dalam iman hidup kekatolikan kita.

* Dianjurkan setelah wawasan Keluarga Kudus ini dibaca, satu keluarga diajak bersama membaca dan mendengarkan teks Kitab Suci dari bacaan Matius Bab 2: ayat 13 sampai 15, ditambah ayat 19 sampai 23. Mudah-mudahan andalah keluarga kudus yang diharapkan itu! (ELINUS WARUWU).

READ MORE - Keluarga Kudus Yosef Maria dan Yesus
Author: Elinus Waruwu
•Selasa, Februari 03, 2009

“Warta Keuskupan Sibolga sangat penting, selain sarana komunikasi antar Paroki juga media ini menjadi alat penyadaran umat…”

Demikian pernyataan Bapa Uskup Keuskupan Sibolga Mgr.Dr. Ludovicus Simanullang, OFM Cap hari Jum’at 16 Januari 2009 saat rapat perdana Tim Redaksi Warta Keuskupan yang dihadiri oleh 8 orang perwakilan Tim Liputan Warta Keuskupan khusus Daerah Tapanuli, di Santu Kristoporus Kota Sibolga beberapa waktu yang lalu. Menurut Bapa Uskup, Warta Keuskupan sangat penting dan merupakan sarana yang baik untuk berkomunikasi, baik antar Paroki maupun antar para Pastor dan umat se-Keuskupan Sibolga. Komunikasi sangat penting pada zaman modern ini sebab tanpa ada komunikasi, sarana mewartakan iman tidak akan berjalan. Karena itu, Warta Keuskupan salah satu media komunikasi antar umat sudah selayaknya berbenah diri dan dijadikan sarana untuk penyampaian nilai-nilai Injili Kristiani.

Lebih jauh Bapa Uskup mengatakan, pentingnya informasi melalui Warta Keuskupan karena setiap goresan pasti berhadapan dengan manusia beriman. Dan nilai-nilai spritualitas dapat diwartakan melalui Warta Keuskupan dengan jumlah tak terbatas. Bapa Uskup juga mengatakan bahwa banyak hal yang perlu dilihat untuk mengisi Warta Keuskupan, seperti peristiwa yang terjadi di setiap paroki, adanya kegiatan/ gerakan yang ditampilkan sehingga terjalin adanya perubahan, dan pendidikan yang menggugah. “Nah, kalau nilai-nilai kehidupan dihidupkan (baca: Living Values) dan itu diceritakan terus menerus, maka pada akhirnya akan berdampak positif dalam kehidupan, yaitu mengurangi hal-hal negatif seperti kejahatan.” Jelas Bapa Uskup. Ini berarti damai melawan perang “kejahatan”, dengan memakai prinsip di mana Allah dihojat di situ kita memuji Allah.

Kendala dan Tantangan

Pemimpin Redaksi/ Penanggungjawab Warta Keuskupan, Pastor Paulus Posma Manalu Pr pada kesempatan itu mengutarakan dua kendala dan tantangan bagi Warta Keuskupan Sibolga. Pertama, masih sedikit orang yang ambil bagian, baik dari peliputan maupun info berita yang masih kurang atau jarang datangnya dari Paroki. Hal kedua, jelas Pastor Posma yaitu kendala mendistribusikan Warta Keuskupan Sibolga itu sendiri.

Menanggapi kendala dan tantangan ini, Bosco Manihuruk dari Paroki Pangaribuan mengusulkan agar setiap edisi diberi kolom khusus Berita Paroki. Dan katanya, “Saya kira perlu dihunjuk orang yang bertanggungjawab oleh Pastor Paroki agar ditugaskan orang-orang muda yang berbakat untuk mengatasi kendala dan tugas itu, bila perlu Surat Tugas dilengkapi secara jelas. Atau oleh Warta Keuskupan memberikan Surat Tugas dengan pemberitahuan kepada Pastor Paroki secara resmi.”

Melihat perkembangan Warta Keuskupan, harus diakui sampai saat ini belum ada Kantor Khusus untuk Warta Keuskupan. Dan rencana hal ini akan dipikirkan untuk diupayakan pada masa yang akan datang. Tim Anggota Redaksi Warta Keuskupan yang mengikuti pertemuan pada kesempatan itu, mengusulkan dan menyepakati beberapa kolom tetap Warta Keuskupan antara lain Meja Redaksi, Sapaan Gembala, Sajian Utama, Sajian Khusus 50 Tahun Prefektur Apostolik Keuskupan Sibolga, Warta Paroki, Ruang Komisi, Varia, Oase dan Karikatur.

Kita berharap mudah-mudahan dengan rapat Dewan Redaksi dan arahan Bapa Uskup, Warta Keuskupan Sibolga semakin tampil lebih baik dan mampu memberikan wawasan kepada segenap umat di Keuskupan Sibolga. (Elinus Waruwu – Tapanuli/ Sibolga).

PENYADARAN UMAT

Mgr. Dr. Ludovicus Simanullang, OFM Cap, Uskup Keuskupan Sibolga, berbicara di hadapan 8 orang Tim Anggota Redaksi Warta Keuskupan Sibolga (16/1).

Foto:Elinus Waruwu/ Warta Keuskupan).

BAPA USKUP

Usai Rapat Dewan Redaksi Warta Keuskupan Sibolga – Daerah Tapanuli, Bapa Uskup berfoto bersama.

Foto:Elinus Waruwu/ Warta Keuskupan).

READ MORE - Warta Keuskupan Alat Penyadaran Umat
Author: Elinus Waruwu
•Senin, Februari 02, 2009

Tradisi yang baik harus diteruskan, dan itulah yang terlihat hari Kamis 8 Januari 2009 di rumah Kepala Dinas Pendidikan Kota Sibolga. Kegiatan itu sering disebut Open House, dan kali ini banyak yang hadir seperti Staf Dinas Pendidikan, seluruh Kepala Sekolah, dan anggota Dharma Wanita. Atas nama keluarga, Ibu Kadis (demikian sebutan anggota Dharma Wanita) lewat kesempatan itu, menyampaikan terima kasih atas kehadiran seluruh para undangan, secara khusus kepada Ibu-ibu Dharma Wanita. Ibu itu berharap, semoga pada hari yang akan datang, melalui karya-karya kita dapat meningkatkan kerjasama di bidang pendidikan baik di sekolah maupun di dalam keluarga kita masing-masing.

Sementera itu, H. Agus Salim Harahap, MM selaku Ketua Dewan Pendidikan yang hadir pada acara open house tersebut mengatakan, acara Open House seperti ini merupakan kebiasaan dalam menyambut Tahun Baru, oleh karena itu kita harus tetap menjalin komunikasi antar umat bergama, biar berbeda agama tetapi kita tetap menjalin silahturahmi agar kerjasama di bidang pendidikan itu lebih baik pada masa yang akan datang.

Pada open house itu juga, terlihat turut menyampaikan kata-kata sambutan mewakili Pengawas, mewakili Kepala Sekolah (Pak Yazid), dan mewakili PGRI (Pak Siregar). Dan kata-kata sambutan kebanyakan mengucapkan terima kasih, dan mohon maaf satu sama lain. Ini berarti, bila satu sama lain saling memaafkan, maka diharapkan kerjasama yang baik terjalin lebih baik untuk tahun baru 2009. Selamat Tahun Baru ! (Elinus Waruwu/Cerdas).

Tampak foto sebagian para undangan di dalam rumah Pak Kadis, saat Open House, 8 Januari 2009.

(Foto: Elinus Waruwu/ Cerdas).

READ MORE - Open House Kadis Pendidikan Sibolga