•Minggu, November 24, 2024
MENJADI GURU PUJAAN HATI
Ragam Foto dan Twibon Hari Guru Tahun 2024, mengingatkan saya mengenang kembali bahwa saya dari kecil tidak pernah bermimpi menjadi seorang Guru. Saya dari SD, SMP, bahkan sampai Lulus SPG saya masih bercita-cita menjadi seorang Imam Katolik. Memilih hidup sendiri dan tidak kawin.
Setelah SPG barulah mulai muncul keinginan sungguh mau menjadi Guru. Ketika saya bertengkar dengan murid kelas 3 atau kelas 4 kala itu, di SD Sibolga Julu, saya menjadi sadar tugas mulia jadi Guru. Kisah itulah yang terjadi tahun 1988 saya dan teman-teman kelas 2 SPG praktik pengalaman lapangan (PPL). Kami ditugaskan mengajar di SD. Lalu, Saya mulai mengajar masuk kelas, dan tunjukkan alat peraga kepada anak-anak yaitu gambar burung cenderawasih.
Mereka semua berteriak "Pidong...pidong...". Kami berdebat bahwa gambar yang saya tunjukan itu bukan Pidong. "Burung...burung..." Tetapi begitulah, semakin besar suara saya, anak-anak itu berteriak dan terus menyebutkan Pidong....pidong...
Akhirnya, buyer konsep mengajar saya karena kami tidak saling memahami satu sama lain. Saya akhirnya keluar dari kelas dan bertanya kepada Guru Pamong. Apa artinya Pidong? Rupanya Pidong sama dengan Burung. Bahasa Batak sebutannya Pidong.
Hahahaha... Saya ketawa sendiri dan cepat-cepat saya masuk kembali ke kelas anak-anak itu. Saya tunjukan gambar, dan saya sepakat dengan anak-anak bahwa itu Pidong. Barulah mereka bisa menerima saya.
Kisah kenangan itulah saya ajari mereka bahwa anak-anak sudah benar. Itulah gambar Pidong. Benar sekali, dan dalam bahasa Indonesia sebutannya adalah Burung. Merekapun bisa menerima dan menulis di papan tulis Burung.
Kisah Menjadi Guru itu tidak gampang. Harus banyak belajar mengenal diri anak terlebih dahulu, setelah tahu kemampuan dasar mereka, barulah kita masuk mengajari mereka ke hal-hal kesulitan baru. Kisah Pengalaman yang tak Pernah Sirna terkenang kembali.
Maka terciptalah pantun anak-anak di Bulan Nopember 2024 ini, beginilah bunyi pantun muridku Muhammad Maulud
Memancing ikan pagi-pagi
Memakan bubur boleh nasi
Kuakui sepenuh hati
Kalau Guru pujaan hati
Lalu, kita diajak juga menjadi Guru yang taqwa kepada Tuhan:
Kalau rindu kirimlah surat
Kabar pelipur duka dan lara
Rajinlah kita beribadat
Agar bisa dapatkan surga
Cobalah, kita modifikasi sendiri pantun anak-anak itu. Seperti berbunyi:
Memancing ikan pagi-pagi
Memakan bubur boleh nasi
Kuakui sepenuh hati
Pak Waruwu pujaan hati
Hahahaha...
Kita harus mengakui bahwa kita Gurulah menjadi pujaan hati dari anak-anak kita.
Selamat mengenang jadi Guru Idola anak-anak.
Apakah Bapak dan Ibu sudah siap menjadi Guru Pujiaan Hati? Silahkan direfleksikan ya...
Salam pendidikan
|
0 comments: